Rabu, 31 Desember 2008

Memahami Kebenaran Melalui Al-Qur'an

Kebenaran berasal dari kata “benar” yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”. Kebenaran maknanya adalah hal yang benar. Untuk mengetahui apa itu kebenaran kita perlu merujuk kepada Al-Qur’an, karena melalui Al-Qur’an inilah Alloh menjelaskan segala sesuatu kepada manusia secara global. Dalam Al-Qur’an, kebenaran itu sepadan maknanya dengan kata ash-shidqu dan kata al-haq.

 

Kebenaran dalam arti ash-shidqu

Dari kata ash-shidqu terambil kata shodaqo. Shodaqo lawan katanya adalah kadzaba. Kata kadzaba maknanya adalah “akhbaru ‘an syaiin bi khilafi ma huwa ma’al- ‘ilmi bihi”, yang artinya adalah “menyatakan sesuatu tidak sebagaimana “ada”-nya ”, singkatnya , dusta, bohong. Maka kata shodaqo sebagai lawannya, maknanya adalah “ menyatakan sesuatu sebagaimana “ada”-nya, singkatnya, benar, jujur.  Jadi kebenaran, ash-shidqu, adalah hal sesuai sebagaimana “ada”-nya, artinya jika suatu ungkapan, perkataan itu sesuai sebagaimana adanya maka itu adalah benar, jujur dan sebaliknya jika suatu ungkapan, perkataan tidak sebagaimana adanya maka itu adalah dusta, bohong. “Ada” dalam hal ini meliputi segala sesuatu yang ada, yang terbagi dalam tiga katagori, yaitu pertama, “Ada” berzat, misalnya, Alloh, tanaman , hewan, manusia, air, jin, malaikat, proton, dan lain-lain. Kedua, “Ada” tidak berzat, misalnya, pikiran, ucapan, was-was, mimpi, keberanian, kesedihan, angan-angan, dan lain-lain. Ketiga, “Ada” yang berupa peristiwa, misalnya, tumbuh, perang, damai, fotosintesis, kelahiran, kematian, bencana, dan lain-lain.

Dari sudut pandang manusia maka segala yang ada itu terbagi ke dalam dua katagori yaitu, pertama, “Ada” bersifat syahadah artinya yang dapat ditangkap oleh panca indra dan akal manusia ketiga hidup di dunia. Kedua, “Ada” bersifat ghoib artinya yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra dan akal manusia ketika hidup di dunia. Semua yang ada, baik yang ghoib maupun yang syahadah, diketahui dengan sempurna oleh Alloh, karena Dia yang menciptakan segala yang  ada.

Dikatakan dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 115,” … wa tammat kalimatu robbika shidqon wa adla..”, yang artinya,” …dan telah sempurna kalimat robb-mu (yakni Al-Qur’an) sebagai kalimat yang shidqu dan adl…” Dalam ayat ini dikatakan bahwa kalam Alloh disifati dengan ash-shidqu ini artinya kalam Alloh menyatakan sebagaimana “ada”-nya. Maka semua kalimat yang ada di dalam Al-Qur’an, kalam Alloh, menyatakan sebagaimana “ada”-nya. Jadi jika dikatakan di dalam Al-Qur’an bahwa ada robb (tuhan) (surat Al-A’rof ayat 54) dan ilah (tuhan) manusia (surat Thoha ayat 98) yang bernama Alloh dan Dia ada di atas  Al-Arsy (surat Yunus ayat 3), ada jenis makhluk yang bernama jin yang bersifat ghoib bagi manusia (surat Al-Jin ayat 1-19, surat Al-A’rof ayat 27), ada jenis makhluk yang bernama malaikat yang bersayap yang bersifat ghoib bagi manusia ( surat Fathir ayat 1), ada surga (surat Ar-Ro’du ayat 35), ada neraka (surat Ali Imron ayat 131) dan semua “ada” yang bersifat ghoib dan syahadah lainnya yang diceritakan di dalamnya maka itu ada, eksis, bukan khayalan, mitos. Maka “ada” yang bersifat ghoib yang diceritakan di dalam Al-Qur’an, ini akan membedakan apakah seseorang itu beriman atau tidak kepada Alloh dan Rosul-Nya. Bila membenarkan berita tersebut berimanlan dia, jika tidak maka tidak berimanlah dia.

 

Kebenaran dalan arti al-haq

Al-Haq adalah lawan dari kata al-bathil. Dikatakan di dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 15 dan 16, yang artinya,”  Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya niscaya Kami berikan kepada mereka balasan perkerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akherat kelak kecuali neraka dan lenyaplah di akherat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah (al-bathil) apa yang telah mereka kerjakan.” Dari ayat ini kita tahu makna kata al-bathil, yaitu yang sia-sia, tidak bermanfaat, tidak berpahala di akherat kelak. Maka al-haq, lawan dari kata al-bathil, maknanya adalah yang tidak sia-sia, yang bermanfaat, yang berpahala di akherat kelak. Lalu siapa yang tahu yang tidak sia-sia, yang bermanfaat, yang berpahala di akherat kelak (al-haq)?  Tak seorang manusiapun yang tahu, maka al-haq itu mesti dari Alloh  (surat Al-Baqoroh ayat 147). Kalau al-haq mengikuti kemauan manusia maka rusaklah langit dan bumi dan apa-apa yang berada di antara keduanya (surat Al-Mu’minun ayat 71).

Dikatakan di dalam Al-Qur’an surat  Ar-Ro’du ayat 1, yang artinya,” Alif lam mim ro’ Itu adalah ayat-ayat Al-Kitab (Al-Qur’an) dan apa-apa yang diturunkan kepadamu (yakni Al-Qur’an) dari robb-mu (yakni Alloh) (adalah) al-haq, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya).” Dari ayat ini kita tahu bahwa al-haq itu ada di dalam Al-Qur’an. Dikatakan pula di dalam Al-Qur’an surat  Al-Hajj ayat 62, yang artinya,” Itu karena Alloh, Dia adalah al-haq dan apa-apa yang mereka seru selain Dia adalah al-bathil…” Dari ayat ini kita tahu bahwa Alloh  adalah al-haq dan yang  diseru selain Alloh (yakni semua yang dijadikan sebagai robb dan ilah oleh manusia selain Alloh) adalah al-bathil. Dari kedua ayat tersebut di atas maka dapatlah kita pahami bahwa bentuk-bentuk keyakinan dan amal perbuatan yang berlandaskan kepada Al-Qur’an, yang berasal dari Alloh, akan tidak sia-sia, akan bermanfaat, akan berpahala di akherat kelak kalau semuanya diniatkan karena Alloh semata ketika meyakini dan mengamalkan.

Sebagai contoh, bahwa Alloh memerintahkan kita untuk menegakkan sholat (surat An-Nisa’ ayat 103) maka kita tegakkan sholat, seperti yang telah diperintahkan oleh Alloh dan dicontohkan oleh Rosululloh SAW, dengan niat karena Alloh semata, maka amalan ini akan tidak sia-sia, akan bermanfaat, akan berpahala di akherat kelak. Contoh yang lain seperti puasa (surat Al-Baqoroh ayat 183), membaca ayat-ayat Alloh (surat Al-‘Alaq ayat 1, surat Al-Muzzammil ayat 20), jujur (surat At-Taubah ayat 119), makan dan minum yang halal dan baik (surat Al-Maidah ayat 88), adil (surat Al-Maidah ayat 8) memberi maaf  (surat Al-Baqoroh ayat 237), tolong menolong dalam kebaikan (surat Al-Maidah ayat 2), berbuat baik (surat Al-Baqoroh ayat 195), meyakini bahwa Alloh adalah robb (surat Al-A’rof ayat 54) dan ilah (surat Thoha ayat 98) bagi seluruh manusia, mentaati Rosululloh SAW (surat An-Nisa’ ayat 64), berjilbab (surat Al-Ahzab ayat 59), dan lain-lain yang semuanya itu ada di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, jika diyakini   dan diamalkan akan tidak sia-sia, akan bermanfaat, akan berpahala di akherat kelak kalau diniatkan karena Alloh semata ketika meyakini dan mengamalkan. Meskipun, di dunia, bentuk-bentuk keyakinan dan amal perbuatan tersebut dalam pandangan manusia tidak selalu bermanfaat lebih-lebih bagi orang yang tidak beriman.

Jadi kebenaran  dalan arti al-haq adalah mengamalkan perintah Alloh dan menjauhi larangan Alloh, yang semuanya ada di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena Alloh semata. Semuanya terangkum dalam ungkapan “ Engkau mengabdi kepada Alloh saja dan tidak mensekutukan Dia dengan sesuatu dalam pengabdian.” Ungkapan bahasa Arabnya adalah “ an ta’budulloha wa la tusyriku bihi syaia” yang merupakan kosekuensi dari kalimat “ la ilaha illalloh”.